Budidaya Bawang Merah Secara Hidropolik di Patila

SOROTMAKASSAR -- Wajo.

Sangat langka ditemui seorang mantan anggota DPRD punya aktivitas sehari-hari sebagai petani, padahal masih besar peluangnya untuk  terpilih pada periode berikutnya. Namun, lebih memilih kembali sebagai petani.    


Saran dan masukan dari anak-anaknya yang kini menempuh pendidikan magister di Yogyakarta, membuatnya kembali sebagai petani seperti saat dipercaya warga Desa Patila selaku kepala desa selama kurang lebih 20 tahun.

Itulah sosok H. Ahsanul Hak Nawawi, S.H., lulusan Fakultas Hukum, Univesitas Hasanuddin tahun 1994. Anggota DPRD Wajo periode 2014-2019 ini mulai mengembangkan kebun hidroponik dengan budidaya bawang merah dan cabe.



"Tanaman hidro harus ditunjang sirkulasi air yang baik, maka saya membuat kolam yang juga difungsikan untuk budidaya ikan nila," kata Ahsanul saat ditemui wartawan media ini di area perkebunannya di Desa Patila, Kecamatan Pammana, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, Selasa (26/1/2021).

Ia pun bercerita bahwa setiap kali mengunjungi anaknya yang lagi sekolah di Yogyakarta, selalu diajak untuk melihat perkebunan hidroponik.

"Dari situ saya mulai tertarik untuk menggeluti kebun hidropolik. Anak-anak juga menginginkan saya untuk istirahat di rumah sambil berkebun," ujarnya.

Belajar dari Yogyakarta, lanjut Ahsanul, melalui budidaya tanaman hidro bisa berpenghasilan Rp 14 juta per bulan.

"Makanya, saya tertarik memanfaatkan area satu hektare dekat rumah untuk bertani," kata suami Hj Patmawati, kepala Desa Patila.

Selain bertani, Ahsanul pun menggeluti peternakan sapi. Lokasi peternakannya dilengkapi rumput gajah dan kandang tempat penggemukan sapi.

"Saya pun sedang mengembangkan perkebunan cabe yang bebas hama," ujarnya sambil memperlihatkan kebun cabenya itu.



Selanjutnya, dia merinci modal usaha budidaya ikan nila berkisar Rp 4 juta dengan hasil mencapai Rp 8 juta per kotak kolam.

Supaya panen bisa dilakukan tiap bulan, tabur bibit ikan tidak bersamaan pada 12 kotak kolam yang dibuatnya. Apalagi, masa panen ikan nila membutuhkan waktu empat bulan.

"Jika tiba masanya, saya juga tidak langsung panen, tapi saya lihat dulu pasar. Jika harga lagi naik, yah saya baru panen. "Harga biasa mencapai Rp 35.000 per kilogram," paparnya.

Budidaya bawang merah yang dikelola secara hedroponik, telah menghasilkan. Sebanyak 500 ember yang disiapkan, setiap ember terdiri tujuh lubang (pohon), 10-14 lubang bisa menghasilkan satu kilogram bawang merah.

"Per kg, saya jual hingga Rp 35.000, sedangkan waktu budidaya hanya berkisar 50 hari," tandasnya. (ishak)