Unibos, Kampus yang Larang Berambut Gondrong

SOROTMAKASSAR -- Makassar.

Universitas ini pernah punya kesan yang kurang nyaman di hati para pemakai Jl. Urip Sumoharjo Makassar jika para mahasiswanya  berunjuk rasa di depan kampusnya. Warga yang melintas di jalan protokol itu kerap terganggu. Para mahasiswa Universitas 45 sering memblokade jalan. Kisah mahasiswa yang sedang beraksi, itu cerita dulu. Kini kisah tersebut  tinggal kenangan.
 
Wakil Rektor Unibos, Dr. H. Mas'ud Muhammadiyah membuka acara silaturahmi di Kafe Baca.
 
 
Salah satu yang didobrak nakhoda Universitas Bosowa sekarang adalah menghilangkan imej tersebut. Bagaikan mewujudkan bunyi salah satu ayat di dalam Alquran, yang berbunyi “Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sepanjang kaum itu sendiri tidak mengubahnya”.

Dalam sejarahnya, Universitas 45 pertama berdiri 9 Desember 1985 di bawah Yayasan Andi Sose. Tidak cukup setahun kemudian, 13 Juni 1986 tepatnya, universitas ini memperoleh izin operasi dari Koordinatorat Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah IX Sulawesi. Dalam perkembangannya Universitas 45 pernah gonta-ganti pimpinan dan pertama kali dipegang oleh salah seorang putra almarhum Andi Sose, Andi Jaya Sose selama beberapa tahun. Nama lain yang pernah menjabat rektor adalah Prof. Dr. Andi Zainal Abidin Farid, SH, dan Prof. Dr. Abu Hamid.

Begitu Prof. Dr. Ir. H.M. Saleh Pallu, M.Eng diangkat sebagai rektor pada tahun 2014, terjadi perubahan yang sangat “revolusioner” di tubuh universitas ini. Nama universitas pun diubah, meskipun banyak memprotes. Namun, pria kelahiran Pinrang 10 September 1955 ini tetap bergeming dengan keinginannya. Lagi pula, yayasan yang membawahi universitas pun sudah beralih dari Andi Sose ke M. Aksa Mahmud, “bos” Bosowa Group. Jadi perubahan ini merupakan sebuah keniscayaan.

Tahun pertama (2015), rektor yang alumni Jurusan Teknik Sipil Unhas 1981 ini sudah mampu mengubah nama Universitas 45 yang selama 30 tahun di bawah Yayasan Andi Sose tersebut menjadi Universitas Bosowa – disingkat Unibos – di bawah “Bosowa Corporation”. Pilihan nama menjadi Unibos, tidak saja melenyapkan kisah masa lalu perguruan tinggi ini yang kurang molek, tetapi juga menjadi “ikon” promotif yang cukup “seksi”. 

 
Suasana silaturahim para petinggi Unibos dengan sejumlah wartawan senior di Kafe Baca.
 
 
Guna memenuhi obsesi sebagai “universitas yang menghasilkan bos”, Unibos menyekolahkan mereka yang memperoleh ranking ke strata pendidikan selanjutnya, magister dan doktor. Selain itu, kini 12 orang  dimagangkan di perusahaan yang kelak akan dapat direkrut di bawah perusahaan yang menaungi Unibos atau pun tempat lain. Ini merupakan bentuk penjabaran salah satu dari empat pilar, yakni menciptakan wirausahawan (‘enterpreneur’).

Program yang dilakukan itu merupakan penjabaran dari empat pilar pengembangan Unibos. Yakni menjadi tokoh nasional, teknologi informasi, berwawasan global, dan ‘enterpreneurship’ (kewirausahaan).

“Uni” itu gabung (perserikatan), sedangkan “bos” ya bos. Jadi kalau mau jadi bos, bergabunglah dengan Unibos,” promosi M.Saleh Pallu, Rektor Unibos pada acara silaturahim jajaran petinggi Unibos dengan  para mantan wartawan harian “Pedoman Rakyat” di Kafe Baca, Makassar, Rabu (20/01/2021).

M.Saleh Pallu yang menyelesaikan pendidikan “magister engineering” di Universitas Kyushu Jepang tahun 1991 tersebut mulai mematok “reformasi” di perguruan tinggi yang baru dipimpinnya. Reformasi yang dilakukan secara umum menghilangkan kesan kurang indah masa lalu perguruan tinggi yang baru berganti nama itu. Yang pertama dilakukan adalah mendisiplinkan para mahasiswa sebagai salah satu komponen membangun kesan disiplin baru. Setiap terobosan yang dilakukan diinformasikan melalui media massa.

“Kalau mau terkenal harus bekerja sama dengan media. Siapa yang kenal kita di luar kalau tidak diberitakan,” kata lulusan doktor (Ph.D) Kyushu University, Jepang (1994) dengan disertasi bertajuk “Experiment Study on the Debris Flow” ini.

Katanya lagi, ”Kalau tidak ada berita Unibos dalam satu minggu, berarti Anda gagal jadi Humas,” imbuh pria yang maniak main golf ini mengalamatkan kalimatnya kepada Dian Putri Mustafa, Humas Unibos.

 
Foto bersama Rektor dan Wakil Rektor Unibos dengan beberapa wartawan senior eks Harian Pedoman Rakyat.
 
Gebrakan yang paling berani dilakukan Saleh Pallu adalah melarang para mahasiswa melakukan demonstrasi di depan kampus. Unjuk rasa tidak dilarang, hanya jangan dilakukan di depan kampus karena berpotensi mengganggu pengguna jalan. Makanya, tidak heran selama Saleh Pallu menjabat Rektor Unibos tak terlihat lagi para mahasiswa Unibos yang berunjuk rasa di depan kampusnya.

“Kalau ada mahasiswa Unibos yang berunjuk rasa di depan kampus langsung diberi sanksi berat, dipecat,” kata M. Saleh Pallu didampingi Wakil Rektor I, II, dan III: Ir. Baharuddin, Dr. Abd. Haris Hamid, SH, MH, dan Dr. H. Mas’ud Muhammadiyah, M.Hum, serta Dian Putri Mustafa plus Ira.

Tidak hanya itu, para mahasiswa Unibos dilarang berambut panjang (gondrong) dan mengenakan celana sobek. Mahasiswa juga dilarang merokok di kampus. Jika ada yang merokok di kampus, petugas Satuan Pengamanan (Satpam) Kampus Unibos akan menindak.

“Jadi kampus Unibos bebas rokok. Pemasangan spanduk dan sejenisnya tidak dibenarkan di depan kampus demi menjaga  keindahan kampus,” kata Rektor Unibos.

PTS Terbaik Kedua

Terobosan yang dilakukan Dekan Fakultas Unhas 2002-2010 ini ternyata berbuah prestasi yang menggembirakan. Kini, Unibos menjadi perguruan tinggi swasta (PTS) terbaik kedua, setelah Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar di Indonesia Timur. Jika berdasarkan peringkat perguruan tinggi (negeri dan swasta), Unibos berada pada urutan ke-82, UMI ke-64 dari total 4.000-an lebih perguruan tinggi di Indonesia.

Dalam mengelola Unibos, sebut Saleh Pallu, yang paling dia jaga adalah harmonisasi antara yayasan dengan pengelola pendidikan (universitas). Banyaknya PTS bermasalah biasanya bersumber dari disharmoni hubungan antara keduanya. Dia bersyukur karena yaysan yang membawahi Unibos sangat “concern” (peduli) dengan pendidikan. “Oleh sebab itu saya selalu jaga hubungan antara yayasan dengan rektorat,” imbuhnya.

Saat ini Unibos sedang mempersiapkan proposal pembukaan program pendidikan doktor Bidang Hukum dan Manajemen Administrasi Publik (MAP). Tahun depan izin pembukaan dan operasional tersebut diharapkan sudah turun dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

 
Humas Unibos, Dian Putri Mustafa foto bersama dengan Pemimpin Umum Sorotmakassar.com, James Wehantouw dan wartawan lainnya.
 
 
Menurut Saleh Pallu, alumni program studi ini masih kurang, sehingga Unibos membatasi menerima mahasiswa S-1. Kalau mahasiswa S-2 dan S-3 akan dapat meningkatkan nilai akreditasi universitas dengan jurnal-jurnal yang mereka tulis.

Unibos kini mengasuh sembilan fakultas, yakni Kedokteran, Ekonomi dan Bisnis, Psikologi, Pertanian, Teknik, Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Sastra, dan Keguruan Ilmu Pendidikan. Berdasarkan laman Unibos, saat ini PTS yang dinakhodai maha guru Ahli Pengairan Sungai ini memiliki 3.341 mahasiswa S-1 dan 330 mahasiswa S-2.

Ada kelakar yang berkembang jika berlangsung pertemuan para rektor universitas di Indonesia. Para rektor itu menilai M. Saleh Pallu sebagai rektor para bos karena universitas “perserikatan bos” itu.

“Unibos merupakan perguruan tinggi terkaya di Indonesia karena  memiliki jalan tol, pabrik semen, perusahaan asuransi, dan sebagainya,” kata Saleh Pallu merespons kelakar para koleganya itu di sela-sela  membawa warga kampus dengan disiplin tinggi. (MDA)
 

Politik

Pendidikan

Opini

Berita Makassar

Kuliner Nusantara

Newsletter

WWW.SOROTMAKASSAR.COM

Taman Telkomas, Jln Satelit IV No. 64 Makassar, Sulawesi Selatan.
Telp/HP : 0411-580918, 0811448368, 082280008368.

Jln Sultan Hasanuddin No. 32 (Kembang Djawa) Makassar, 
Sulawesi Selatan. Telp/Hp : 0811446911. 

Copyright © 2018 SOROTMAKASSAR.COM. All Rights Reserved.

REDAKSIDISCLAIMER | IKLAN