Oleh : Miguel Dharmadjie, ST, CPS®, CCDd® (Penyuluh Agama Buddha Non PNS Provinsi Sulsel)
KANTOR Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Provinsi Sulawesi Selatan melalui Program Pembinaan Kerukunan Hidup Umat Beragama Kementerian Agama Tahun Anggaran 2021 mengadakan kegiatan "Temu Tokoh Lintas Agama" di Samalona Room, Hotel Jolin, Makassar pada Kamis s/d Sabtu (08 s/d 10/04/2021).
Kegiatan Temu Tokoh Lintas Agama ini bertujuan mempererat hubungan silaturrahmi secara internal maupun eksternal demi merawat kerukunan umat beragama, mampu memahami peta konflik dan penyelesaian konflik umat beragama, serta memperoleh pengetahuan tentang moderasi beragama dan mampu mensosialisasikannya kepada seluruh lapisan masyarakat.
Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Sulawesi Selatan, Drs. H. Khaeroni, M.Si membuka secara resmi kegiatan yang diikuti 50 peserta dari semua unsur agama, baik dari dalam maupun luar kota Makassar pada Kamis (08/04/2021) malam.
Mengawali sambutannya, Kakanwil menyampaikan keprihatinan dan mengutuk keras kejadian bom bunuh diri yang terjadi di depan pintu masuk Gereja Katedral Makassar pada tanggal 28 Maret 2021 lalu. Dimana peristiwa tersebut disebabkan karena pendalaman dan pemahaman ajaran agama yang keliru.
Untuk itu, Kakanwil menekankan pentingnya menyuarakan moderasi beragama agar masyarakat yang berbeda keyakinan tetap dapat hidup rukun berdampingan secara harmonis dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Ada tiga unsur utama yang menjadi landasan dan syarat terciptanya moderasi beragama di Indonesia. Pertama, Esensi kemanusiaan yang menghadirkan sensifitas kemanusiaan pada diri setiap individu.
Foto peserta bersama Kabag TU Kanwil Kemenag Sulsel (ke-13 dari kiri) usai penutupan "Temu Tokoh Lintas Agama" di Samalona Room, Hotel Jolin, Makassar pada Sabtu (10 April 2021).
Kedua, Esensi kesepakatan bersama yaitu 4 pilar kebangsaan (Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945) yang dideklarasikan saat kemerdekaan Indonesia sebagai konsensus bersama yang telah diperjuangkan semua elemen bangsa dengan penuh pengorbanan.
Terakhir, esensi loyalitas pada konstitusi karena konstitusi yang dibangun sudah melalui proses yang panjang dan penuh kehati-hatian dengan mengutamakan kepentingan bersama.
"Orang yang melakukan pengingkaran terhadap 3 unsur utama itu adalah orang yang tidak mengembangkan moderasi beragama dalam kehidupannya," kata Kakanwil.
Dalam kegiatan ini para peserta juga memperoleh materi "Urgensi Regulasi dan Peta Konflik dalam Penyelesaian Konflik Umat Beragama" (Kepala Badan Kesbangpol Setda Provinsi Sulsel diwakili Kabid Ketahanan Ekonomi, Sosial, Budaya, Agama dan Organisasi Kemasyarakatan, Rais Rahman, S.STP, M.Si), "Moderasi Beragama, Peluang, Tantangan dan Solusi" (Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Prov. Sulsel, DR. KH. Hamzah Harun Al Rasyid), "Membangun Kerukunan dan Harmonisasi Umat Beragama Berbasis Kearifan Lokal" (Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Provinsi Sulsel, Prof. DR. H. Abd. Rahim Yunus, MA) dan "Peran Strategis dan Potensi Tokoh Agama dalam Merawat Kerukunan Umat Beragama" (Ketua Majelis Ulama Indonesia Provinsi Sulsel diwakili Sekretaris Umum, Prof. DR. H. Muh. Ghalib Mattola, MA).
Usai memperoleh materi dari narasumber, diadakan pula diskusi oleh Kepala Sub Bagian Organisasi, Tata Laksana dan Kerukunan Umat Beragama (Kasubag Ortala dan KUB), Hasbullah Muntu, S.Ag, M.Pd.I selaku ketua panitia pelaksana untuk mendengarkan masukan dari para peserta sebagai bahan rekomendasi untuk pengembangan program kegiatan kerukunan umat beragama di Sulsel di waktu mendatang.
Kegiatan Temu Tokoh Lintas Agama yang berlangsung selama 3 hari 2 malam ini ditutup oleh Kepala Bagian Tata Usaha (Kabag TU) Kanwil Kemenag Sulsel, H. Fathurrahman, SE, M.Pd pada Sabtu (10/04/2021) siang. (*)
